Piala Dunia Qatar 2022: Banyaknya Imigran di Skuad Tim “Kosmopolit” Nasional Prancis
Gak kerasa Prancis udah masuk tahap knock-out. Pagi nanti Prancis bakal ketemu Inggris buat rebutin perempat final Piala Dunia Qatar 2022.
Tapi, kalian penasaran ga kenapa Prancis banyak banget punya pemain imigran di skuadnya? FFF sudah berulang kali memasukkan pemain keturunan imigran di tim Nasional sejak adanya akademi sepak bola Prancis di Vichy. Kalian pasti tau dong nama-nama kayak Henry, Gallas, Benatia, Diaby, Saha, dsb. Mereka adalah jebolan akademi ini dan membantu Prancis dari keterpurukan dunia olahraga. Simak penjelasan berikut ini.
Jumlah imigran di Prancis menyentuh 7 juta penduduk atau 10,3% dari total jumlah penduduk (67,5 juta) pada tahun 2021. Kebanyakan dari mereka, merupakan imigran yang berasal dari Afrika, sebanyak 47,5%; sedangkan kelahiran imigran paling banyak ditemukan pada keturuan Algeria (12,7%), Maroko (12%), dan Portugal (8,6%).
“Tetapi kenapa Prancis membuka pintu untuk para imigran?”
Ini terjadi karena Prancis mulai kekurangan tenaga kerja sejak Perang Dunia I dan penurunan jumlah penduduk sehingga mereka membuka pintu untuk para imigran yang ingin datang sejak 1920. Dengan demikian, Prancis tidak lagi kekurangan tenaga kerja dan mampu meningkatkan prekonomian setempat pasca perang dan Great Depression.
Keandaan ini terus berlanjut hingga saat ini. Jumlah imigran semakin hari semakin meningkat membuat mereka mulai memasuki beberapa sektor, sebagaimana olahraga sepakbola. Pada tahun 2018, Prancis berhasil memenangkan Piala Dunia untuk kedua kalinya dan berita yang mengejutkan adalah komposisi team Prancis. Sebanyak 87% merupakan penduduk imigran atau keturunan imigran dan hanya 3 pemain yang memang natif Prancis, yaitu: Florian Thauvin, Raphaël Varane, dan Benjamin Pavard.
Beberapa pemain mungkin terlihat seperti peduduk natif, tetapi mereka sebenarnya adalah pemain dengan keturunan imigran, e.g., Hugo Lloris memiliki keturunan Katalan, Griezmann memiliki ketuturan Jerman, Mbappé yang lahir di Prancis tetapi orangtuanya adalah campuran dari Algeria (Ibu) dan Kamerun (Ayah), atau Giroud yang memiliki keturunan Italia dari neneknya.
Sedikit kilas balik, Prancis gagal untuk masuk piala dunia sebanyak 3x dan 3x Liga Champions Eropa pada rentang waktu 1960–1974. Dibandingkan dengan Italia, Jeman, Spanyol, dan Inggris, Prancis belum pernah memengkan piala apapun saat itu.
Lalu, Fédération Français de Football (Federasi Sepak Bola Prancis) menginginkan sebuah perubahan supaya kemalangan ini tidak terjadi secara terus-menerus. Akhirnya, mereka memulai akademi sepakbola yang disebut dengan Institut national du football de Clairefontaine (INF Clairefontaine), awalnya di Vichy. Di tempat ini, mereka menempa banyak pemain dari seluruh daratan Prancis, termasuk para imigran, yang bertujuan untuk membentuk team nasional Prancis yang handal. Akhirnya, kalian pasti masih mengingat nama-nama seperti Anelka, Saha, Henry, Zidane, Matuidi, Ben Arfa, dsb.
Karena keadaan ini, Trevor Noah selaku host The Daily Show menyebutkan kemenangan Prancis sebagai “Africa won the World Cup.” Ia kemudian mendapat surat langsung dari Gérard Araud selaku Duta Besar Prancis untuk Amerika Serikat; dan menjelaskan bahwa “Mereka semua adalah orang-orang yang lahir di Prancis; Mereka menempuh pendidikan dan belajar sepak bola di Prancis. Dengan demikian, mereka adalah warga Prancis.”. Ia juga melanjutkan bahwa “Prancis, bukan hanya tentang kulit putih… Kami tidak membedakan seseorang dari ras, agama, atau daerah asal.”
Dalam surat itu juga tertulis bahwa keadaan multikultural ini adalah refleksi dari keberagamaan yang ada di Prancis. Lalu, Noah memberikan komentar bahwa menurutnya, itu bukanlah keberagaman tetapi kolonialisme. Baginya, orang-orang kulit hitam di tim nasional Prancis sebenarnya bangga atas ke-Afrika-annya karena bisa menjadi pemain di tim nasional Prancis dan menjadi warga sah setempat. Noah tidak melihat bahwa menjadi Prancis, mereka harus melupakaan riwayat keturunannya. Lalu, ia menambahkan “Why they can’t be both?” ‘Kenapa mereka tidak bisa menjadi keduanya?’ — the duality of the two worlds.
Well, I’m not going to talk about race here, apalagi sampai pada identitas politik. Ini cuma beberapa hal yang berhubungan dengan konten hari ini aja hehehe
Jadi, siapa yang kira-kira bakal menang nanti malam? Prancis atau Inggris? What’s your favorite’s team?