Kisah Kasih Raymond de Peynet yang Menginsprirasi Hari Valentine !
Halo semuanya… Voilà la fête des amoureux !
Aku mau ngucapin, selamat merayakan hari Kasih Sayang ya ! Semoga makin deket sama orang-orang yang kalian kasihi.
Ngomong-ngomong, ada yang mau ngucapin ini ke pasangan atau orang terkasihnya? Coba pake bahasa Prancis kuy.
Jadi, kalian bisa banget bilang kayak gini:
“Bonne Saint Valentin, chéri(e)”
‘Selamat Hari Valentaine, sayangku’
Atau, kalian bisa juga bilang kayak gini:
“En cette journée si spéciale, je voulais te dire merci.
Merci de me laisser t’aimer et de m’aimer en retour”
‘Di hari yang spesial ini, aku pengen bilang makasih ke kamu. Makasih karena membiarkan aku mencintaimu dan sudah mencitaiku’
Selengkapnya untuk membuat ucapan kasih sayang dalam bahasa Prancis bisa klik di sini ya.
Mungkin kita bisa mengekpresikan kasih sayang setiap hari ya. Tapi di hari spesial, kalian pasti pengen supaya hari ini spesial juga kan? Sama kayak peringatan pernikahan, hari Ibu, atau tanggal jadian, pasti kalian pengen ngabisin waktu dengan cara spesial kan.
Raymond de Peynet: Karyanya menjadi simbol Valentine
Sebelum kita masuk lebih dalam, kenalan dulu yuk — siapakah beliau?
Raymond de Peynet adalah seorang kartunis, ilustrator, dan pengukir yang sangat terkenal di Prancis. Karya-karyanya mulai banyak dinikmati setelah tahun 1942 karena munculnya “Les Amouteux de Peynet” pada suatu majalah. Tentu untuk sampai di sini, ia melewati perjalanan yang sangat panjang — ia memulai karirnya bahkan sebagai seorang karyawan di suatu perusahaan periklanan.
Peynet lahir pada tanggal 16 November 1908, Paris dan meninggal pada tanggal 14 Januari 1999, Mougins, Prancis. Ketika ia berumur 15 tahun, Peynet melanjutkan studinya ke sekolah Seni Terapan ‘Arts Appliqués’ — sekarang dikenal sebagai École Duperré.
Setelah selesai mengeyam pendidikan, ia mulai aktif menggambar dan debut di perusahaan Tolmer — sebuah agensi periklanan ‘agence de publicité’ di Paris; tugasnya adalah menggambar label dagang pada botol parfum dan mendekorasi kotak biskuit. Sebuah pekerjaan yang sangat umum dilakukan oleh masyarakat yang gemar menggambar pada masanya.
Tak lama kemudianm ia menikah pada tahun 1930 dengan Denise DAMOUR. Bener banget, nama keluarganya adalah DAMOUR bukan D’Amour — tanpa apostrof. Cukup unik ketika menghilangkan kekhasan nama Prancis. Kata ini juga seolah menjadi tanda kasih sayang yang mereka bangun dalam keluarga.
Sebenarnya, hubungan Peynet dan Damour tidak direstui oleh keluarga mereka karena perbedaan umur — Damour lebih tua 5 tahun. Jadi, mereka bertemu pertama kali ketika Damour berumur 15 tahun, sedangkan Peynet berumur 12 tahun. Cinta yang mereka jalin mulai dirahasiakan dari pihak keluarga atau dalam bahasa Perancis s’aimer en cachette. Walaupun demikian, mereka akhirnya berhasil menikah dan memiliki seorang anak perempuan, Annie Peynet.
Sebagai seorang anak, ia banyak mewariskan cerita bagaimana orangtuanya meraih kesuksesan dan menginspirasi kisah kasih bagi banyak orang. Beberapa museum pun dibuat untuk mengenang Raymond de Peynet.
Namun, ketika ia bekerja di Tolmer dan di saat yang bersamaan perang sedang memuncak, mereka pindah ke Auvergne bersama dengan anak gadisnya. Lalu, ia memutuskan berkerja untuk Max Favalelli sebagai journalis pemberitaan masa perang ‘a war correspondence’; koran mingguan yang berdiri sejak 1929 hingga 1944 — Ric et Rac.
Des Amoureux de Peynet
Sebelum mencapai puncak keberhasilannya, selama bekerja untuk Max Favalelli, ia mempublikasikan banyak hasil lukisan di koran-koran kota Paris melalui edisi: Le Rire, Rire à deux, Paris magazine, The Boulevardier atau sebuah publikasi yang khusus dibuat untuk penduduk Inggris di Prancis. Gambar yang ia publikasikan banyak ditemukan dalam koran bernuasa humor karena ia memang tertatik pada dunia kartunis. Sekian banyak pekerjaan ia lakukan — tidak hanya fokus pada perusahaan Max Favalelli — agar mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Kemudian hidupnya berubah pada tahun 1942 ketika ia diminta membawakan dokumen rahasia kepada seorang klien di kota Valence; ia duduk di pojok bangku dan di depannya ada kiosque à musique dan bangunan ini menjadi monumen bersejarah sejak 1982
Tempat pertunjukkan musik ‘kiosque à musique’ (Bandstand dalam bahasa Inggris) merupakan bangunan unik abad 19. Karakternya sangat khas: berlokasi di kota atau taman, terbuka, simetris, dan sisinya poligonal. Beberapa tempat justru bisa berputar, walaupun sangat jarang ditemukan. Jika kalian datang ke tempat seperti ini, umumnya kalian akan melihat berbagai pameran artistik dan pertunjukan musik.
Dari posisi duduknya itu, ia menggambar seorang pemain biola berambut panjang, tinggi, dan terlihat muda. Di sisi yang berhadapan sang pemain biola itu terdapat seorang gadis yang menontonnya dengan atentif dan terpesona. Ia menggambarnya dengan penuh perasaan seakan gambar itu memiliki emosi yang menggairahkan para penontonnya nanti. Sembari menunggu, ia terus menggambar hingga selesai.
Berselang beberapa saat, dari sinilah terlahir sebuah mahakarya yang disebut sebagai “Les Amoureux de Peynet.” Sebutan ini tidak langsung ia dapatkan. Selama berada di tempat itu, ia hanya menggambarkan apa yang ada di dalam kepalanya. Namun, ketika sampai di kantor, Max Favalelli melihat gambar itu dan langsung tertarik — Max juga yang memberikan sebutan “Les Amoureux de Peynet.”Akhirnya, ia meminta ijin kepada Peynet supaya gambar ini bisa diterbitkan untuk pertama kali di koran mingguan Ric et Rac di akhir masa perang.
Seiring waktu berlalu, Les amoureux de Peynet mendapatkan perhatian banyak orang; tidak hanya di Prancis, melainkan dunia. Karena hal ini juga, karya ini pun terus dikembangkan melalui beberapa medium, seperti: poster, keramik, perhiasan, postcard, dsb. Sebuah kesuksesan yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Kini, namanya dikenal khalayak ramai hingga menjadi tokoh Valentine mancanegara.
Namun, siapakah “Les Amoureux de Peynet”?
Seorang yang ahli menggambar memang penuh dengan misteri; apakah ia menggambarkan sebuah relaitas dunia atau itu hanyalah sebuah imajinasi yang ingin pelukis visualisasikan. Untuk mendapatkan informasi ini, sering kali menikmati sebuah lukisan atau gambar menjadi sangat sulit untuk diterjemahkan. Jadi, siapakah sebenarnya tokoh pemain biola di kiosque à musique dan penikmat musik itu?
Dalam perayaan Hari Kasih Sayang edisi ke 55 di desa Saint Valentin, Annie datang ke sana dan memberikan beberapa fakta mengenai lukisan fenomenal itu. Berdasarkan berita lanouvellerepublique.fr, ia menjelaskan bahwa tokoh yang ada dalam karya itu adalah kedua orangtuanya; Peynet sebagai pemain biola dan Damour sebagai penikmat musiknya.
“…En fait, ces deux personnages qu’il dessinait, c’étaient tout simplement lui et ma mère…”
‘…Sebenarnya, dua tokoh yang ia gambar adalah dirinya (Raymond de Peynet) dan ibuku (Denise Damour)…’
Selain pernyataan ini, sang walikota, Pierre Rousseau, juga memberikan testimoni bahwa ia sudah lama megenal ayah Annie, yaitu pertemuan pertama mereka di Valence, tepat lokasi pertama lukisan itu dibuat oleh Raymond de Peynet. Saat itu, mereka sempat berkenalan; mereka bahkan berencana untuk bertemu di desa Valentin, namun tidak jadi karena Peynet sedang sakit. Beberapa saat kemudian, ia mendapat kabar kalau Peynet sudah meninggal dunia.
“…On avait même fixé une date. Mais ça n’a pas pu se faire car il a eu un problème de santé et a dû se faire opérer. Peu de temps après, il est décédé. Ça restera un immense regret de n’avoir pas pu l’accueillir”
‘…Kita sebenarnya sudah menentukan tanggal. Tetapi, tidak jadi karena ia (Peynet) memiliki masalah kesehatan dan harus dioperasi. Beberapa waktu kemudian, ia meninggal. Saya sangat menyesal tidak sempat menyambutnya’
Setidaknya, inilah yang ia katakan kepada media pada perayaan itu. Sebuah kesempatan yang benar-benar tidak akan terjadi di kemudian hari.
“Quand elle meurt à 94 ans en 1997, il refuse d’aller à l’enterrement. Pour lui elle est toujours présente à ses côtés et elle ne quittera pas ses pensées jusqu’à sa mort 2 ans plus tard à l’âge de 90 ans”
‘Ketika dia (Denise) meninggal di umur 94 tahun pada 1997, ia (Peynet) menolak untuk pergi ke pemakanam. Baginya, Denise selalu ada di sisinya dan Denise tidak akan pernah hilang dari dalam pikirannya sampai Peynet meninggal 2 tahun kemudian pada umur 90 tahun’
Raymond sangat mencintai Denise hingga akhir hayatnya. Walaupun kehilangan ini, ia selalu merasa istrinya secantik gadis berumur 20 tahun. Tidak ada perasaan yang berubah, kasih sayangnya tetap sama sampai kapan pun. Selengkapnya, bisa cek di sini ya.
Museum Peynet
Karena karya-karya yang Peynet hasilkan semasa hidupnya dan masyarakat Perancis ingin memberikan penghormatan. Warga Jepang juga menjadi salah satu penikmat efek emosional melankolis yang dilihat dari karya ini. Oleh karena itu, terdapat 4 museum yang didesikasikan kepadanya, yaitu:
- Musée Peynet et du Dessin Humoristique di Antibes
- Musée Peynet di Brassac-les-Mines
- Musée Peynet di Karuizawa
- Musée Peynet di Mimazaka
Sebuah patung tentang “Les Amoureux de Peynet” juga dipajang di Hiroshima, dekat dengan monumen terjadinya atomic bomb.
Selain itu, karena karya ini sudah dikenal khalayak ramai di seluruh dunia, emosi erat yang ada pada Raymond de Peynet dan lukisannya Les amoureux de Peynet dianggap menjadi simbol perayaan hari Valentine di seluruh dunia.
Pada tahun 1985, karya ikoniknya diangkat menjadi gambar resmi pranko di Prancis oleh La Poste.
Mungkin kalian juga terlewat sesuatu. Aku sempet mentionned di awal tanggal lahir dan wafanya Raymond de Peynet. Kalo kalian perhatikan, beliau meninggal pada tanggal 14 Januari 1999, tepat 1 bulan sebelum perayaan hari Valentine. Apakah ini sebuah kebetulan?
À la prochaine vidéo !
https://www.independent.co.uk/arts-entertainment/obituary-raymond-peynet-1075651.html
https://www.lanouvellerepublique.fr/issoudun/la-55e-fete-des-amoureux-dediee-a-raymond-peynet