Bintang Emon dan Wacana Humor

Baliman oh là là
6 min readJun 2, 2022

--

How to understand comedy?

Aku pernah berpikir kalau memahami komedi tidak memerlukan keterampilan apapun. Aku pikir, mereka yang melakukan komedi saja yang perlu mengetahui teknik-teknik tertentu supaya lawakannya berhasil. Ternyata tidak selalu begitu. Komedi bisa saja gagal walaupun komedi/pelawaknya sudah tampil maksimal, tetapi kita yang tidak punya cukup referensi untuk meraih inferensi yang diinginkan comedian.

Stand up comedian — atau ramah kita sebut sebagai komika — kita, yaitu Bintang Emon, kembali viral di media sosial. Kalian pasti sudah tahu apa yang menjadi penyebab tersulutnya api ini. Konten dari komika satu ini memang tidak pernah gagal dalam mengkritik situasi politis di Indonesia. Aku pribadi suka dengan konten-konten yang dia bawakan di dalamnya.

Namun, aku juga tidak ingin bias pada setiap video yang aku bahas yaa. Selain ini adalah tujuan akademis, penliaian juga harus objektif terhadap suatu yang sedang dibahas. Jadi, berangkat dari perspektif kebahasan, apa yang bisa aku pahami? Nah, di sini akan kalian baca lebih lanjut.

eh jangan lupa juga nonton videonya yaaa
KLIK DI SINI

Oke, sampai di sini, kalian pasti sudah paham kemana tulisan ini akan berlajut. Ho’oh, tentang bagaimana komedia sebagaikan dipersepsikan oleh pendengar atau pembacanya.

Pada dasarnya, komedi adalah sesuatu yang berhubungan dengan keadaan-keadaan lucu atau komedi hadir ketika merujuk pada keadaan, seperti: “a sense of humor,” “someone who makes me laugh,” atau “someone who laughs at my jokes.”

Namun, siapa yang menyangka bahwa memahami komedi tidak seperti halnya memahami isi tulisan dalam koran/berita/materi dalam kelas yang informasinya sudah pasti jelas.

Humor tidak hanya digunakan untuk menghibur. Ini sama seperti orang gosip. Apa yang mereka katakan, harus dipahami tujuan komunikatifnya (e.g., menyindir, mengeritik, dsb). Stand up comedian yang sering banget aku liat kritis terhadap politik di Indonesia adalah Pandji Pragiwaksono. Ia banyak menyuarakan ide-ide atau konsep megenai sesuatu di Indonesia, lalu dibandingkan dengan beberapa fakta yang ada di dunia. Ada Abdur juga yang turut aktif menyuarakan idenya. Sekarang ada generasi baru, yang menurutku, aktif banget pada isu yang sama, Bintang Emon.

Misal dari kata-kata yang digunakan oleh Mas Bintang: driver; merubah rute; polisi dan pemain sepak bola, sama2 suka nendang; Kapolri menjadi ketua PSSI, jadi, pemain sepak bola bisa jadi Kapolri; dsb.

Wait, aku gak bakal bahas gimana komedi ini bekerja dari perspektif para stand up comedian ya hehehe buat premis, one liner, atau punchline. Rumit bung :” Apalagi cara komedinya Indra Frimawan atau paraprodoskian comedy :” Kayaknya cukup denger aja dari para ahlinya hehee.

Oke, sekarang kita lanjut lagi tentang komedi: digunakan sebagai apa aja selain membuat pendengarnya tertawa(?). Selama ini, jokes sudah digunakan sebagai ruang untuk mengakomodasi kritik dan satire tentang isu sosial, politik, budaya, selain berfungsi untuk memberikan efek humor. Seandainya kamu tanya kenapa di Google, kamu bakal nemuin perntanyaan, seperti: “Why do most of the stand-up comedians always criticize something or someone to create humor? Is it easy that way?”. Seolah-olah gampang banget ya buat kritikan berbalut komedi. Mungkin stand up comedy gak selalu berhubungan dengan kelucuan, tetapi bagaimana mereka menyampaikan kegelisahannya. Aku pernah denger di Youtube, cuman lupa dimana. Jadi, gak bisa nyantumin linknya.

Memahami apa yang dikatakan oleh stand up comedian atau pelawak (well, mereka berbeda, tetapi memiliki tujuan yang kurang lebih sama, yaitu menghadirkan nuansa humor) harus megacu pada konteks karena perkataannya tidak akan bisa dipahami secara literal. Sampai di sini ada yang disebut dengan implikatur: adanya perbedaan antara tuturan dan maksud.

Ketika aku cari sumber-sumber terkait untuk kebutuhan videoku, banyak banget ketemu pertanyaan yang mungkin sama dengan pertanyaan yang kalian ingin tanyakan. Misalnya,

  • “Can one joke make a meaningful difference in how people are viewed by others?”
  • “is humour critique?”

Sebuah kritik mengharuskan adanya jarak dengan topik pembahasannya, kemudian komedi masuk secara imersif dan berpotensi untuk memengaruhi. Jika komedi sebagai keadaan yang kontekstual dan imanen (keadaan yang sadar atau berakal budi), maka kritik bersifat struktural, naratif, dan mengandung positivisme yang mendalam. Hal ini membuat komedi bisa bermain pada tataran realitas, intensionalitas, dan makna: sarkasme, ironi, dsb.

Keadaan kayak gini udah sering banget dibahas oleh para linguis dan ahli sastra. Ini mengacu pada latar belakangku aja ya karena masalah seperti ini bisa dilihat dari berbagai perspektif keilmuan atau praktek. Silakan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing.

Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh Bakhtin dalam novel yang dibuat oleh François Rabelais (La vie de Gargantua et de Pantagruel), ia menjelaskan bagaimana bentuk komedi pada Abad Pertengahan dan Pencerahan di Eropa mengandung ironi/sarkasme/parodi/satir. Semuanya merupakan bagian dari Comedy dan kemudian disebut sebagai carnival olehnya.

Ketertarikannya pada pertunjukkan di masa itu disebabkan oleh hubungan politik, hukum, dan ideologi berhubungan dengan negara/kerajaan dan gereja. Keduanya memiliki peran yang sangat besar pada saat itu dan feudalism ini memengaruhi kehidupan masyarakat pada saat itu. Dengan demikian, karnaval menjadi satu-satunya tempat untuk mengkritisi, dengan kata lain karnaval memiliki kekuatan politik di dalamnya. Hal ini juga perlu disadari bahwa mengkritik kerajaan secara langsung, sama dengan bunuh diri pada saat itu. Kalian juga paham seorang raja memiliki kekuasaan yang absolut sehingga tidak mungkin kalian mengkritik secara langsung. Lebih lanjut, Bakhtin menjelaskan kalau fenomena Carnival ketika dimuat menjadi karya sastra dan menyangkut fenomena historis disebut sebagai Carnivalesque

Dari sini, humor bisa memengaruhi atau menguatkan status hierarkis (e.g.., komedi sering mengangkat kesetaraan, hak, kekuatan/power, dll.). Mereka membagikan kegelisahannya melalui wacana humor.

Orang-orang yang bisa melucu ini adalah orang-orang yang pintar. Mereka membagikan pandangan tentang suatu isu melalui sudut pandang yang tidak biasa; sekaligus secara implisit.

Nah, itu dia yang bisa aku bahas di sini. Ada beberapa sumber juga yang mungkin kalian ingin baca juga terkait dengan wacana komedi. Jangan lupa mampir ke videoku juga ya hehehe

Buat temen-temen dari UGM, kalian bisa login dengan email kampus ya di beberapa journal yang mengharuskan kalian login supaya bisa baca full versionannya. Jangan lupa pake wifi kampus juga, supaya jurnal yg dilanggan bisa diautentifikasi langsung.

See you!

--

--

Baliman oh là là
Baliman oh là là

Written by Baliman oh là là

Welcome to my daily journal. Here, I am sharing my experience, thoughts, and even knowledges (e.g., french, linguistics, academic writings, etc.). Bless u!

No responses yet